Selasa, 11 Maret 2014

Standar Mutu Roti Manis

SNI ROTI MANIS


No.
Kriteria uji
Satuan
Roti  Manis
1.
Keadaan



1.1 Kenampakan
-
Normal tidak berjamur

1.2 Bau
-
Normal

1.3 Rasa
-
Normal
2.
Air
%b/b
Normal
3.
Abu  (tidak termasuk garam) dihitung atas dasar bahan kering
%b/b
Maks 40
4.
Abu yang tidak larut dalam asam
%b/b
Maks. 3.0
5.
NaCl
%b/b
Maks. 2,5
6.
Gula jumlah
%b/b
Maks. 8,0
7.
Lemak
%b/b
Maks. 3.0
8.
Serangga /Belatung
-
Tidak boleh ada
9.
Bahan tambahan Makanan



9.1 Pengawet



9.2 Pewarna

Sesuai SNI 01-0222-1995

9.3 Pemanis buatan



9.4 Sakarin siklamat

Negatif
10.
Cemaran logam



10.1 Raksa (Hg)
mg/kg
Maks. 0.05

10.2 Timbal (Pb)
mg/kg
Maks. 1.0

10.3 Tembaga (Cu)
mg/kg
Maks. 10.0

10.4 Seng (Zn)
mg/kg
Maks. 40.0
11.
Cemaran arsen (As)
mg/kg
Maks. 0.5
12.
Cemaran mikroba



12.1 Angka lempeng total
Koloni/g
Maks.

12.2 E.Coli
APM/gr
< 3

12.3 Kapang
Koloni/g
Maks.



Sumber : SNI 01-3840-1995 (http ://sisni.bsn.go.id)

Resep Roti Manis
Bahan :

Tepung terigu protein sedang    200g
Air es                                       450g
Yeast instant                             30g
Garam                                       15g
Gula pasir                                200g
Susu bubuk                               40g
Margarine                                160g
Telur ayam                                  4butir
 
Proses Pembuatan Roti Manis
Berdasarkan urutannya proses pembuatan roti dibedakan menjadi
beberapa tahapan sebagai berikut : tahap pengadukan (“mixing”), tahap fermentasi pertama (“first fermentation”), tahap potong timbang, tahap pembulatan, tahap pengembangan lanjutan (“intermediate proofing”), tahap pembuangan gas, tahap pembentukan, tahap memasukkan dalam cetakan, tahap pengembangan terakhir (“final proofing”), tahap pemanggangan (“baking”), tahap pengeluaran dari loyang, tahap pendinginan dan tahap pembungkusan.
a)         Tahap pengadukan (mixing)
Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan,
mendapatkan hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan gluten, serta menahan gas pada gluten. Tujuan mixing adalah untuk membuat dan mengembangkan daya rekat. Mixing harus berlangsung hingga tercapai perkembangan optimal dari gluten dan penyerapan airnya. Dengan demikian, pengadukan adonan roti harus sampai kalis. Pada kondisi tersebut gluten baru tebentuk secara maksimal. Adapun yang dimaksud kalis adalah pencapaian pengadukan maksimum sehingga terbentuk permukaan film pada adonan. Cara mudah untuk mengetahui adonan yang sudah kalis atau belum adalah dengan merenggangkan sepotong adonan roti, bila adonan membentuk lapisan tipis yang tidak mudah robek atau berlubang artinya adonan sudah kalis.
Waktu mixing umumnya selama 10-12 menit dengan mixer roti. Jika menggunakan tangan, mixing akan lebih lama yaitu sekitar 20-30 menit. Kunci pokok dalam pengadukkan adalah waktu yang digunakan harus tepat karena jika pengadukkan terlalu lama akan menghasilkan adonan yang keras dan tidak kompak, sedangkan pengadukkan yang sangat cepat mengakibatkan adonan tidak tercampur rata dan lengket (Mudjajanto, 2004). Proses mixing dilakukan dengan urutan : pick up, clean up, development, final development, let down, break down.
Pick up yaitu proses pengadukan bahan menjadi satu, pencampuran bahan kering dengan bahan cair pada pembuatan adonan roti. Pengadukan pertama yaitu tepung terigu, ragi, gula, susu hingga tercampur rata, setelah itu telur, garam yang sudah dilarutkan dengan air, dan yang terakhir adalah margarin. Proses pengadukan ini berlangsung hingga semua bahan tercampur rata.
Clean up yaitu proses pengadukan hingga kondisi adonan roti sudah sudah tercampur rata dan tidak menempel pada mangkuk mixer. Pada tahap ini adonan mendapat hidrasi yang sempurna dari pati dan protein. Pada proses ini terjadi pembentukan dan pelunakan gluten, untuk mendapatkan gas retention penahan gas yang baik.
Development yaitu proses pengadukan adonan roti hingga membentuk struktur serta peningkatan elastisitas dan kemampuan gluten memanjang disebabkan pengembangan gluten. Pengembangan gluten yang kuat akan membentuk struktur penahan gas yang akan membuat volume roti menjadi tinggi. Pada tahap ini adonan mulai terlihat elastis, licin, halus permukaanya.
Final Development yaitu proses pengadukan adonan roti sudah tercapai perkembangan optimal dari gluten dan penyerapan airnya. Sehingga kapasitas gluten sebagai penahan gas akan maksimal. Pada tahap ini adonan terlihat licin, halus dan kering. Tahap inilah yang merupakan tahap akhir dari proses pengadukan. Akan tetapi dapat juga terjadi kejadian dua hal selanjutnya, yaitu let down dan break down.
Let down yaitu proses pengadukan adonan roti yang berlebihan. Hal ini akan merusak susunan gluten, adonan akan semakin panas dan peragiannya semakin lambat. Pada tahap ini  adonan roti mulai over mix kelihatan lengket, lembek dan basah.
Break down yaitu proses pengadukan adonan sudah berlebihan, yang mengakibatkan susunan gluten rusak. Pada tahap ini adonan menjadi lengket, lembek dan basah. Bila tahap ini terjadi maka roti yang dihasilkan bantat.
b)        Tahap fermentasi pertama (“first fermentation”)
Adonan yang telah dimixing dilanjutkan dengan proses peragian,
yaitu adonan dibiarkan beberapa saat kurang lebih 10 menit pada suhu ruang sekitar 35°C dan kelembapan udara 85% itu merupakan kondisi yang ideal dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin panas suhu ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan roti. Tahap peragian ini sangat penting untuk pembentukan rasa dan volume. (Eddy Setyo,2004)
c)         Tahap potong/timbang
Pada tahap ini adonan roti dipotong dan ditimbang dengan berat
yang sama, supaya menghasilkan roti manis yang beratnya seragam. Tahap potong timbang harus dikerjakan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Untuk roti manis berat yang biasa digunakan adalah 40-50g.
d)        Tahap pembulatan
Pada tahap ini adonan yang telah dipotong selanjutnya dibentuk
bulatan-bulatan. Tujuannya untuk membentuk lapisan film dipermukaan adonan sehingga dapat menahan gas dari hasil peragian dan memberi bentuk agar mudah dalam pengerjaan selanjutnya (Eddy Setyo,2004). Tahap pembulatan bertujuan untuk menahan gas karbondioksida yang terbentuk selama fermentasi serta memudahkan adonan menyerap udara luar sehingga adonan dapat mencapai volume yang optimum. Gas CO2 yang terbentuk dapat tertahan karena pada proses ini struktur permukaan adonan tertutup.
e)         Tahap fermentasi lanjutan (“intermediate proofing”)
Tahap fermentasi lanjutan adalah tahap membiarkan adonan
untuk beberapa saat pada suhu 35-36°C dengan kelembapan 80-83% selama 6-10 menit. Ragi dalam adonan akan bekerja untuk melanjutkan proses fermentasi sehingga adonan kembali elastis setelah kehilangan gas pada saat potong timbang dan pembulatan.
f)         Tahap pembuangan gas
Pada tahap ini adonan digiling dengan menggunakan alat penggiling roll pin untuk roti, serta dibubuhkan sedikit tepung agar adonan tidak lengket saat digiling. Tahap ini bertujuan untuk membuang gas yang ada dalam adonan dan membentuk adonan dengan tebal yang diinginkan.
g)        Tahap pembentukan
Pada tahap ini adonan roti dapat dibentuk sesuai dengan yang diinginkan. Seperti kepang, bulat, oval, dll. Supaya menghasilkan roti manis yang menarik bentuk dan tampilannya.
h)        Tahap peletakan adonan dalam loyang (“panning”).
Pada tahap ini adonan yang sudah dibentuk dimasukkan dalam cetakan atau diletakkan dalam pan/loyang yang telah diolesi margarin terlebih dahulu. Saat meletakkan adonan ujung penyambung bentuk diletakkan dibagian bawah supaya saat pemanggangan bentuk roti tetap terjaga. jarak antara adonan roti dalam loyang juga harus diperhatikan jangan taerlalu dekat dan jangan terlalu jauh.
i)          Tahap pengembangan terakhir (“final proofing”)
Tahap final profing ini dilakukan untuk mengembangkan adonan
roti yang terakhir supaya mencapai bentuk dan mutu yang baik. Proofing bisa dilakukan dengan cara dimasukkan dalam mesin proofer dengan suhu 35°C dan kelembapan 85%. Jika tidak ada mesin proofer bisa diletakkan pada ruangan dengan suhu ruang 35°C dan ditutup menggunakan plastik supaya adonan roti tidak kering.
j)          Tahap pembakaran (“baking”)
Pada tahap pembakaran baking roti dipanggang dalam oven dengan suhu 190°C selama 15-18 menit. Volume adonan akan bertambah pada waktu 5-6 menit pertama di dalam oven. aktivitas ragi akan berhenti pada temperatur 63°c. Karamelisasi dari gula memberi warna kulit roti pada suhu pemanggangan antara 170-180°c.
k)        Tahap pengeluaran dari loyang
Pada tahap ini roti yang sudah matang dikelurkan dari cetakan langsung begitu keluar dari oven. Roti harus dikeluarkan secara cepat untuk menghindari timbulnya penguapan pada bagian bawah roti sehingga menjadi berkeringat dan basah/lembab.



l)          Tahap pendinginan
Roti yang sudah dikeluarkan dari loyang dibiarkan pada suhu ruang ±45 menit. Saat pendinginan roti diletakkan pada rak kawat, sehingga panas dapat keluar dari segala arah.
m)       Tahap pembungkusan
Pembungkusan roti kedalam kemasan dilakukan untuk mencegah tercemarnya roti dari mikroba ataupun kotoran yang tidak dikehendaki, serta menghindari pengerasan pada kulit roti manis akibat menguapnya kandungan air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar